PENGEMBANGAN PRODUKSI KERAJINAN SEBAGAI UPAYA MENDUKUNG PROGRAM PENGENTASAN KEMISKINAN
Oleh: Siti Maisaroh
Fakultas Ekonomi
Universitas PGRI Yogyakarta
e-mail: maisaroh_siti@yahoo.com
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menemukan faktor-faktor dominan yang mengembangkan industri skala kecil sebagai upaya untuk program miskin untuk memberdayakan masyarakat. Pengumpulan dilakukan dengan menggunakan metode random sederhana sampel terhadap 100 responden sampel dari housholds industri skala kecil. Hasil survei menunjukkan bahwa faktor keterampilan dan faktor pemasaran milik variabel inti. Yang masing-masing memiliki elastisitas tertinggi terhadap produk dengan jumlah 0,4147 atau 41,47% dan 0,2517 atau 25,17%. Dengan demikian, rekomendasi untuk mengembangkan industri skala kecil sebagaimana tercermin pada peningkatan produk, diharapkan untuk memberikan prioritas pada faktor keterampilan dan pemasaran faktor kemudian faktor modal.
Keywords: skill, marketing and capital factor to develop the small craftsment solution.
(keterampilan, pemasaran dan faktor modal untuk mengembangkan solusi craftsment kecil.)
PENDAHULUAN
- Latar Belakang Penelitian
Latar Belakang Penelitian
Dalam rangka meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat, Pemerintah telah menetapkan sasaran-sasaran indikator ekonomi makro yang menjadi arah strategi pelaksanaan kebijakan dalam tahun 2008 sebagaimana tertuang dalam Rencana Kerja Pemerintah (RKP) tahun 2008, yaitu: (i) percepatan pertumbuhan ekonomi; (ii) penciptaan lapangan pekerjaan; dan (iii) penanggulangan kemiskinan. Secara teoritis, semakin banyak program penanggulangan kemiskinan akan menjadikan jumlah orang miskin dapat ditekan seminimal mungkin. Industri kecil kerajinan pada hakekatnya adalah pembangunan suatu sistem yang mempunyai daya hidup dan mampu berkembang secara mandiri serta mengakar pada struktur ekonomi dan struktur masyarakat.
Program pengentasan kemiskinan akan dapat berhasil lebih baik jika dapat dilakukan melalui salah satu upaya pemberdayaan dan pengembangan ekonomi rakyat yang sesuai dengan kondisi serta karakteristik daerah setempat. Dalam hal ini, tujuan program dan masalah kemiskinan yang dihadapi oleh si miskin di daerah setempat harus sinkron. Artinya, keterlibatan mayarakat miskin setempat melalui kreativitas manajerial (perencanaan, pelaksanaan, pengembangan/pengendalian hingga evaluasi serta monitoring) merupakan keharusan.
- Faktor yang paling dominan dapat meningkatan kapasitas produksi sebagai upaya pengentasan kemiskinan.
- Model dan strategi yang mungkin dan harus dilakukan sebagai upaya untuk mendukung program kebijakan pengentasan kemiskinan.
METODE PENELITIAN
Mengingat penelitian ini di daerah pedesaan yang tradisional di mana sepenuhnya belum memasuki ekonomi uang dan pasar secara bebas, maka toleransi penyimpangan yang diinginkan ditetapkan sebesar 10%, interval keyakinan 90% dan pengambilan proporsi untuk sampel terbesar adalah “fiftyfifty. Dengan memanfaatkan rumus toleransi T2 akan diperoleh besarnya sampel penelitian sebagai berikut: T2 = Z.p.q./n. Dengan pengambilan sampel sebesar 100 rumah tangga perajin dianggap telah mewakili seluruh populasi perajin yang ada (respresentatif). Dalam hal ini, nilai Z = 1,960 dibulatkan menjadi 2 berarti n = 22.p.q/T2 n = 76 Pengembangan Produksi Kerajinan . . . (Maisaroh: 70 - 82) 4.50.50/100 n = 100.
Setelah dilakukan koding, editing dan tabulating serta verifikasi terhadap data, selanjutnya data akan diolah dan dianalisis serta dikaji lebih lanjut sebelum disajikan
Sesuai dengan skala data yang diperoleh, teknik analisis data yang bersifat kuantitatif akan digunakan model regresi-korelasi berganda (Gujarati, 2003)
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada mulanya usaha industri kecil kerajinan (IKK) di daerah sampel ini sifatnya hanya usaha sambilan saja. Namun demikian, usaha ini lama kelamaan dapat dijadikan mata pencaharian pokok mereka selain bertani. Usaha industri kecil kerajinan (IKK) di daerah sampel merupakan usaha yang secara turun temurun dari nenek moyang mereka. Pada saat ini usaha IKK ini telah berkembang cukup baik dan telah dijadikan sebagai salah satu mata pencaharian pokok warga selain bertani.
Argumentasi mendasar dapat digolongkannya ke dalam industri lokal pada sebagian dusun di wilayah daerah tersebut karena hasil produksi pada dusun tersebut pola pemasarannya masih menggantungkan diri kepada pasar lokal. Selain itu, secara skala usaha produksi, kelompok industri lokal ini umumnya sangat kecil, dan masih berpola subsisten. Dalam pada itu, target pemasaran dari jenis produk ini masih sangat terbatas, sehingga alat transportasinya masih sangat sederhana dan tidak jarang mereka menggunakan alat pikul sendiri atau grobak untuk di bawa ke pasar.
Sesuai dengan metode penelitian yang mengikutkan rakyat miskin (perajin kecil) terlibat dalam mengumpulkan data, maka upaya untuk memberdayakan masyarakat ini lebih mengacu kepada pendekatan model empowerment dari Schumacher. Versi Schumacher menekankan tidak perlu menghilangkan ketimpangan struktural yang ada di dalam masyarakat, karena yang paling tepat “memberikan kail daripada ikan”. Karena, jika struktur masyarakat desa miskin dirubah terlebih dahulu, justru akan menambah masalah baru yang lebih rumit dan dapat mempersulit upaya pemberdayaan masyarakat. Oleh karena itu, lebih tepat memberikan kail dan kesempatan untuk mengail kepada perajin.
KESIMPULAN DAN SARAN
- Hasil penelitian menegaskan bahwa usaha ini telah lama menjadi matapencaharian pokok utama di desa penelitian ini selain bertani karena bagi mereka sudah tidak ada alternatif pekerjan yang lebih baik lainnya serta sesuai dengan tingkat pendidikan dan ketrampilan yang mereka miliki.
- Faktor-faktor yang dominan berpengaruh terhadap peningkatan produksi IKK adalah faktor tenaga kerja, tingkat keahlian (skill), modal usaha, manajemen usaha dan faktor pemasaran
- Ada kenaikan tingkat kesejahteraan yang signifikan pada kelompok masyarakat setelah menekuni usaha IKK ini sebagai mata pencaharian pokok mereka selain bertani. Kenaikan tingkat kesejahteraan ini nampak lebih riil jika dilihat pada kelompok perajin yang semula dari sebagai pedagang dan petani buruh.
Bantuan modal usaha untuk pengembangan produksi pada berbagai usaha IKK yang kecil ini masih perlu dan mutlak diberikan, tetapi bantuan cara memasarkan hasil produksi lebih mutlak diberikan. Bantuan dalam bidang pemasaran dapat diberikan melalui keikutsertaan mereka dalam berbagai iven pameran untuk mengenalkan produk kepada para buyer asing atau pembeli dari luar daerah secara langsung. Jika bantuan diberikan melalui bantuan modal usaha (kredit) yang diberikan, maka bantuan kredit sebaiknya yang lebih bersifat lunak dan tetap berprinsip “berikan kailnya daripada umpan”.